Bergabunglah di SLIMS Pekanbaru

Mau Buat Website,, Kesinilah Tempat nya !!

Jumat, 18 Mei 2012

Enjoy your present moment

Temanya, Enjoy your present moment. Being present in your life moments. Seperti biasa, note ini masih klasemen sementara hidup saya, belom final. Nanti bakal saya baca dan edit lagi kalo udah direnungkan lebih baik.

- Life is very short
Saya ingat2 lagi hidup saya yg dulu, saya ini kayak robot banget. Hidup ya sekedar hidup aja. Pokoke kayak orang2 lain lah. Kuliah di UI kampus top. Lulus harapannya kerja gaji gede. Eh ternyata sekarang gaji cuma secukupnya, status kontrakan. Kayaknya kalo saya punya anak kayaknya gak mampu kuliahin di UI, soale udah jadi kampus mahal bener.

Gara2 musibah, robot ini jadi kayak dapet nyawa. Pinokio jadi manusia. Saya jadi bangun tiba2. Ya ampun, this is my life yang cuma satu2nya, kok gue lewatin gitu aja. Kayak naik angkot dari terminal ke terminal. Pasrah mau macet atau lancar. Hopeless banget. Nggak sadar sama sekali. So ini saaatnya saya sadar bahwa hidup ini hitungan mundur yang cuma sekali diputer. Kayak si unyil, nggak ada siaran ulangan. Makin pendek, terasa makin mahal. Makin sesuatu banget.

Life is a cinema, kita sutradara, scriptwriter, aktor dan juga bisa jadi penonton. Bikin film best seller yg indah.

- Tujuan dan tugas kehidupan
Kesadaran itu gak dateng tiba2 sih. Karena saya dari kecil udah terbiasa susah juga, jadi dalam situasi krisis saya emang nggak pernah nyerah. Kalo saya lagi waras saya bilang sama adik-adik saya, "berjuang man, gini-gini kita ini fighter. di saat orang lain lagi enak-enakan, kita berjuang". Jadi sikap positif sudah kami bangun bareng-bareng. Saling menyemangati meski di saat paling bikin putus asa. Untungnya lagi kami gak kehilangan selera humor. Dipaksa menerima musibah yg berkepanjangan malah memberi peran kehidupan tersendiri bagi kami.

Saya kebetulan orang yg apa2 aja bisa, punya bakat dan gampang belajar banyak hal. Ada untungnya, tapi ada ruginya juga. Untungnya, apa2 saya tau, paham dan pernah kerjakan. Ruginya saya gak fokus. Kadang saya jadi mikir, sebenarnya jalan hidup saya dimana, dan tugas saya apa. Kadang kalau pikiran ini datang yah agak galau juga.

Tujuan dan peran juga bisa kita rencanakan. Sikap ini sangat produktif. Tapi setelah melalui banyak tantangan hidup serta mendedikasikan sebagian waktu saya untuk membantu orang lain, saya bisa sampai pada suatu pemahaman bahwa tidak selamanya tujuan dan tugas kehidupan itu satu tugas agung yang membutuhkan sepanjang hidup kita untuk mewujudkannya. Tapi bisa juga berupa banyak kesempatan yang tak sengaja. Kita mungkin punya peran yg berbeda di setiap episode, fase dan momen kehidupan. Ketika kita karena suatu alasan terdampar di suatu tempat dan bertemu orang yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kita boleh memaknainya, "mungkin ada tugas kehidupan yang harus ditunaikan". Mungkin karma kita bersilangan. Atau ya nggak perlu dimaknai, yang santai2 aja.

- Fase hidup
Dulu waktu kecil kan umumnya kita mudah bahagia. Happy sudah by default. Betapapun susahnya, kita masih mudah ketawa lagi. Apalagi yang hidupnya enak, ortunya orang mampu. Pasti gak perlu bekerja sejak kecil membantu orang tua. Ringan sekali hidupnya, tanpa beban. Tapi hidup yang mudah bisa membuat kita terkondisi untuk take it for granted/ngeremehin terhadap karunia hidup ini. Akibatnya malah kaget saat memasuki dunia dewasa.

Jadi orang dewasa kan mandiri. Mandiri = sendirian = kayak jadi bayi lagi = rapuh. Apapun hidup ini sebisa mungkin putuskan sendiri perjuangkan sendiri. Bagi yang nggak siap, terasa jadi beban berat. Rasanya enggan jadi manusia dewasa, rumit. Apa-apa nggak pede. Kerja nggak pede. Cari jodo nggak pede. Menghadapi masa depan, cemas. Gak yakin berhasil. Ya itulah saya dulu. Sisanya sekarang juga masih ada dikit.

Selain melihat pengalaman saya pribadi dan bersama keluarga di masa lalu, saya kini juga dapat kesempatan melihat gimana ortu saya membesarkan adik saya yang bontot dari lahir sampai dewasa. Saya jadi sedikit tau juga gimana susahnya ortu membesarkan anak.

Satu lagi, saya sekarang juga jadi penonton, melihat bagaimana bapak ibu menua. Bagaimana konflik2 mereka, bagaimana mereka gencatan senjata, bagaimana bapak ngalah, bagaimana ibu yang masih depresif, gimana mereka harus setiap saat kontrol ke rumah sakit, bapak yang kambuh terus prostatnya, kupingnya jadi kurang dengar, rambutnya makin botak, sementara ibu memutih semua. Kemarin ibu cerita gimana pucatnya wajah bapak saat minta maaf karena gaji pensiunnya kecopetan di kantor pos. Itu juga fase kehidupan yang akan kita lalui.

Kita hanya bisa sungguh-sungguh hadir dalam hidup kita, bila kita tahu secara sadar bahwa kita akan melalui fase anak2 menjadi dewasa, lalu menua dan kembali ke haribaan Tuhan. Setiap fase kehidupan ada konsekuensinya. Kita harus siap meninggalkan berbagai hak istimewa/privilege kita sebagai anak-anak ketika kita beranjak dewasa. Kita harus merawat dan menyayangi diri kita sendiri, gak bergantung ama ortu lagi. Perhatian dari orang lain adalah bonus. Menjadi mandiri memang perlu usaha melelahkan. Tapi ada keindahan yg kita terima dari kedewasaan. Kita bisa merasakan pengalaman yang luar biasa di fase ini. Mencintai dan menerima cinta dari pasangan kita, menikah, memiliki anak dan bisa mengeksplorasi dunia ini semaksimal mungkin.

Demikian juga ketika kita sadar kita akan menua, kita mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya untuk tetap sehat dan mandiri. Untuk tetap memiliki peran kehidupan meski sebagian kekuatan kita di masa muda telah luruh. Kita tidak kaget lagi melihat teman2 kita satu persatu pergi meninggalkan kita. Kita menerima kemungkinan bahwa menjadi tua dan mati justru sebagai sebuah berkat kehidupan yg indah. Dimana kita bisa melihat apa yang kita semai di waktu muda tumbuh menjadi kebaikan yang membahagiakan. Mati adalah hadiah dari Tuhan untuk sungguh2 beristirahat, dan bermurah hati memberikan ruang hidup pada generasi baru.

Menyadari bahwa apa yang kita jalani di semesta ini akan melalui sebuah proses yg alamiah membuat kita tidak kaget apalagi berlama2 membuang energi menyangkal kehendak alam. Kita tidak hidup selamanya. Berapapun umur yg kita punya, yakinkan bahwa kita menjalaninya dengan bahagia. setiap fase kehidupan ada konsekuensinya, tapi ada banyak keindahan yang unik dari pengalaman yg kita lalui di tahap itu.


- Menikmati moment
Melihat ortu saya menua, sesekali muncul rasa kuatir juga kalo mereka sudah nggak ada. Belum terjadi aja sedihnya sudah terasa. Karena banyak banget umur kami terbuang. Jadi kadang-kadang saya diam2 menonton mereka. Saya perhatikan wajah bapak ibu dan mencoba merekam dalam ingatan. Berharap ingatan itu akan lekat selamanya. Dalam waktu pendek yang tersisa ini saya ingin rekam sebanyak mungkin.

Saya akhirnya sungguh-sungguh tiba pada suatu pemahaman bahwa momen2 ini, asli! nggak akan bisa kita ulang. Dan satu-satunya cara menikmatinya adalah dengan sungguh-sungguh hadir di momen ini. Meresapi setiap momen ini dengan hikmat. Cobalah sungguh2 mengamati apa yang ada di sekitar kita, nikmati dan resapi. Lihat sepatu yg kita pakai hari ini, atau corak batik yg dipakai ibu atau pacar saat kondangan bersama kita. Foto dan catatan harian bisa membantu mengabadikan momen2 itu. Nikmati setiap helaan nafas, pegang dada kita dan rasakan detak jantung kita.

Belajarlah dari para penulis yang cermat menangkap momen2 sederhana di sekitar kita dan memaknainya dengan perasaan indah dan membahagiakan.

- Ikhlaskan masa lalu sambut masa depan
Menikmati moment bukan berarti memeluk masa lalu terlalu erat dan membuat kita enggan berpisah. Bila kita hubungkan dengan point fase kehidupan, kita harus sadar bahwa kehidupan akan terus berjalan maju. Nikmati hari ini, lepaskan masa lalu dengan bahagia, dan persiapkan masa depan dengan bekerja sebaik-baiknya di hari ini.

Kekuatiran akan masa depan dapat kita gunakan secara positif untuk membuat kita tidak ceroboh dengan hidup kita saat ini dan mengerjakan PR kita dengan baik agar percaya diri menghadapi tantangan masa depan. Fokus dengan apa yang kamu kerjakan hari ini sebaik mungkin. Fokus pada solusi setiap masalah, bukan pada printilannya yang bikin pusing. Kerjakan PR mu sekarang juga. Cicil, daripada nunggu sampai menumpuk. masa depan nggak usah dipikirin terus. Dipikir atau enggak kita akan sampai juga kesana.

Masa Lalu dan Masa Depan = domainnya Tuhan
Masa Kini = domain kita = kita bisa ikhtiarkan
Masa Lalu + Masa depan = Produk Masa Kini = Trendy
Ikhtiar = Trendy
Ikhtiar + Doa = Avant-Garde = Masterpiece

- Siap susah
Siap susah disini bukan maksudnya dunia ini isinya kesusahan melulu. Bukan artinya dunia ini begitu kasar(hostile) untuk ditinggali. Tapi bahwa hidup ini penuh perjuangan. Perjuangan itu olahraga, baik buat kesehatan serta pasti akan membuahkan hasil yg membahagiakan.

Yang saya ingin bilang, daripada kita mikir jalan di depan aspalnya mulus, trus pake sepatu yg kinclong disemir kiwi. Ternyata jalannya jeblok, kita kaget dan ngomel. Mendingan kita studi kelayakan dulu, belajar dari orang lain. Kerjakan persiapan kita sebaik mungkin. Kita siap gagal, siap kalau sesuatu gak berjalan seperti rencana. Gak usah lama2 galau, pikirin solusinya aja, ambil keputusan yg paling mungkin. Jalannya rusak kita udah siap sepatu bot, paling apes ya nyeker aja. Nanti cuci kaki di rumah yg dituju. Biasakan sikap seperti itu kalo ada masalah. Jadi kalo emang dapet jalan yg mulus alhamdulillahnya dobel.

Kita budayakan deh budaya kerja dan bersiap. Daripada cuma mencemaskan masa depan melulu tanpa action yang nyata. Bangun sistem, jangan nggandul sama orang lain. Atau jangan juga sebaliknya, hidup mikir enaknya doang, gak mau susah. Mau makan mangga, yang ngupasin orang laen. Rugi diri sendiri, hidup gak ada olahraganya. Gak ada adventurenya.


Laut yang tenang gak bisa melahirkan pelaut yang perkasa.
(Semangat anak muda, kalo dah tuaan dikit pasrah aja, haha)

- Terus berlatih
Anggep hidup ini latihan terus menerus. Tantangan hidup adalah sesuatu yg lumrah. Itu kesempatan pentas kita setelah terus menerus latihan. Musibah atau krisis ibaratnya akan memisahkan santan kanil, sari terbaik dari jatidiri kita. Kita akan gagal berkali-kali dalam hidup ini. Apalagi hidup di Indonesia, Jakarta. Mesti meningkatkan kelenturan dan kemampuan adaptasi terhadap berbagai situasi. mesti banyak maklumnya.

Jangan menyerah deh, tetaplah berani menghadapi kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

Jika anda tertarik dengan artikel ini, silahkan isi komentar di bawah ini menggunakan bahasa yang jelas dan sopan ya ..